SINOPSIS
FILM YASMINE DAN ANALISIS dengan TEORI PSIKOLOGI
TUGAS
MATA KULIAH KESEHATAN MENTAL

Kelompok 5:
HOMI TRIAWAN 16710003
HURIA DARA
FATIMAH 16710049
BILQIS NUR
SABILLA 16710036
AGASARI PUSPITA 16710059
Dosen Pengampu:
Rita Setyani Hadi S, M.Psi
PROGRAM
STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
SINOPSIS FILM
SINOPSIS FILM
Judul
Film : Yasmine
Produksi : Origin Films
Sutradara : Siti Kamaluddin
Para Pemain : Liyana Yus (sebagai Yasmine Fatia), Reza Rahadian (sebagai
Fahri, ayah Yasmine), Dwi Sasono (sebagai Cik Gu Tong Fu), Agus Kuncoro
(sebagai Jamal), Roy Sungkono (sebagai Ali), Nadiah Wahid (sebagai Nadia).
Yasmine
adalah seorang siswi SMA yang hidup berdua dengan ayahnya, Fahri, yang tetap
menduda sepeninggal istrinya. Sayangnya, karena Fahri hanya pegawai negeri
perpustakaan, ia tidak mampu membiayai putrinya masuk sekolah internasional favorit
karena terlalu mahal. Yasmine pun kecewa karena tidak bisa satu sekolah dengan
teman-teman lamanya. Yasmine memutuskan untuk mengubah kekecewaannya dan
bergabung di klub silat sekolahnya bersama dua sahabat barunya, Ali dan Nadia.
Di bawah bimbingan pelatih silat Cik Gu Tong Fu (yang hanya berkipas
malas-malasan, Yasmine dan kedua temannya berlatih dengan giat untuk kejuaraan
silat tingkat nasional).
Bagi
Yasmine mengikuti silat awalnya didorong motivasi pribadi. Adi, pria pujaan sewaktu kecil adalah sang juara
silat internasional di London. Sayangnya sahabatnya sewaktu kecil itu sudah
menjadi kekasih Dewi Isyana, yang juga juara silat dari Sekolah Tinggi
Internasional. Sejak awal keduanya sudah digambarkan selalu berselisih satu
sama lain. Misalnya pada scene di loker sekolah ketika Yasmine rindu bertemu
teman lamanya di sekolah favorit tersebut. Dewi dengan ketus berkata: “Kita
jumpa di gelanggang”. Yasmine berambisi mengikuti kompetisi kejuaraan silat
remaja tingkat nasional dengan mengajak dua sahabat barunya mencari tambahan
ilmu dari luar sekolah.
Selama
mengikuti klub silat dan latihan, Yasmine tidak diketahui oleh Ayahnya. Padahal
Fahri sangat menentang Yasmine untuk menikuti klub silat, bahkan memaksanya
belajar mengaji pada bu Nurma setiap hari. Namun, dengan cerdas Yasmine berhasil membujuk guru mengajinya dan mendapatkan
ilmu baru dari pendekar Jamal yang telah lumpuh kakinya. Cerita
terus bergulir, Yasmine digambarkan sebagai cewek berkarakter gigih mencari
guru yang mau mengajarkannya jurus yang lebih mumpuni untuk bisa menghadapi
Dewi, di final. Yasmine pun tak segan berlatih jurus maut pada Datuk Hitam yang
dikucilkan kalangan pendekar. Justru itulah jurus terlarang yang dulu digunakan
Fahri, ayah Yasmine pada sahabatnya sendiri. Dari sini akhirnya Yasmine tahu
mengapa ayahnya mempunyai trauma terhadap silat setelah dia memukul “knock out”
lawannya di semifinal. Selain itu
Yasmine berubah jadi arogan dan berselisih dengan Ali dan Nadia.
Seiring
berjalannya waktu, Yasmine sadar kemudian ia dan Ayahnya berbaikan dan saling
meminta maaf. Yasmine pun meminta maaf pada dua sahabatnya, akhirnya mereka
bertiga bisa rukun kembali. Dan final pun dimulai. Akhirnya, Yasmine dan Dewi
pun bertarung di arena silat. Terjadi pertarungan yang sengit antara keduanya.
Mereka jatuh bangun dan saling beradu. Di tengah pertandingan, Yasmine mencoba
menggunakan jurus “knock out” yang diterimanya dari Datuk Hitam, Cik Gu Tong Fu
menatap Yasmine dari kejauhan dan merasa was-was dengan perilaku Yasmine
tersebut. Namun ternyata Yasmine tidak menggunakan jurus tersebut dan langsung
mendorong lawannya hingga tak dapat bangkit kembali. Akhirnya dinobatkanlah
Yasmine sebagai pemenangnya.
ANALISIS
FILM YASMINE
- Pola Asuh
Ayah Yasmine mengasuh Yasmine dengan
pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, dictator
dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak alasan
(Edwards, 2006). Terlihat dalam adegan film tersebut ketika Ayah Yasmine tidak
mengizinkan Yasmine untuk mengikuti klub silat disekolahnya tanpa memberikan
penjelasan kepada Yasmine mengapa ia tidak mengizinkannya. Hal tersebut
menyebabkan Yasmine sering melanggar peraturan seperti sering pulang larut
malam tanpa mengabarkan Ayahnya. Yasmine juga menjadi seseorang yang agak
pemarah dan cepat tersinggung.
- Teori Behavioristic
Teori ini yaitu bagaimana seseorang
belajar dari pengalaman. Dalam adegan film tersebut, Ayah Yasmine tidak
mengizinkan Yasmine untuk mengikuti club silat karena Ayah Yasmine sebelumnya
pernah juga menjadi bagian dari club silat. Namun ketika pertandingan silat,
Ayah Yasmine menggunakan jurus “knock out” atau jurus mematikan untuk
melumpuhkan lawannya. Ia tidak ingin Yasmine mengikuti silat untuk menyakiti
orang lain. Sayangnya ketika Ayah Yasmine melarang Yasmine untuk tidak
mengikuti club silat, ia tidak menjelaskan apa alasannya.
Teori ini yaitu bagaimana orang bersikap
dan menyesuaikan diri dipengaruhi oleh lingkungannya. Seperti pada cerita di
film ketika Yasmine mulai berubah menjadi sombong dan pemarah namun karena
lingkungannya dalam artian yaitu teman-temannya yang menyadarkan Yasmine hingga
akhirnya ia tidak arogan ataupun pemarah lagi.
- Teori Humanistik
Dikemukakan oleh Maslow (1908-1970)
bahwa masing-masing kita memiliki kekuatan bawaan kearah aktualisasi diri
hingga mencapai potensi setiap individu. Ketika kepribadian seseorang
berkembang di dalam lingkungan yang mendukung, maka sifat positif seseorang
tersebut akan muncul. Contohnya dalam adegan film ketika Yasmine berusaha untuk
mendapatkan jurus silat yang lebih baik, karena di club sekolahnya, guru silatnya
tidak dapat mempraktikkan jurus-jurus silat kepada Yasmine dan teman-temannya.
Oleh karena itu, mereka berusaha mencari sendiri guru silat dengan mendatangi
berbagai padepokan serta mereka belajar secara otodidak. Mereka berlatih keras
untuk mempersiapkan diri menghadapi turnamen silat nasional.
- Relasi Remaja dengan Teman Sebaya
Laursen (2005) mengatakan bahwa teman
sebaya merupakan factor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada
masa-masa remaja. Pernyataan Laursen dapat dipahami karena pada kenyataannya
remaja dalam masyarakat modern seperti sekarang ini menghabiskan sebagian xbesar
waktunya bersama dengan teman sebayanya (Steinberg, 1993). Terlihat dalam
adegan film tersebut, Yasmine banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Ali
dan Nadia. Dari pagi hari di sekolah hingga malam hari mereka latihan silat
bersama.
- Teori Psikoanalitik
Dalam hal superego dari teori psikoanalitik yang
dikembangkan oleh Freud. Superego yaitu perwujudan internal dari nilai-nilai
dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana yang diterangkan orangtua
kepada anaknya. Superego bertugas untuk mengontrol insting-insting. Contohnya
dalam adegan dalam tersebut ketika Yasmine berada pada pertandingan final silat
dan hendak melakukan pukulan mematikan kepada lawannya atas dasar prinsip ego
dalam dirinya. Namun, superegonya mengingatkannya pada larangan gurunya yaitu
Cik Gu Jamal agar tidak menggunakan jurus tersebut untuk melumpuhkan lawan
karena dapat mengakibatkan hal yang fatal. Akhirnya Yasmine mengurunungkan
niatnya untuk menuruti egonya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, “Pola Asuh Otoriter”, November
2012, http://www.psychologymania.com/2012/11/pola-asuh-otoriter.html?m=1
diakses paa=da 2 April 2017
Lahey, Benjamin B, Psychology an Introduction, second edition, United State of
America: Wm. C. Brown Publisher, 1986.
Mcdens13, “Pengertian Teman Sebaya”, 26
Maret 2013, https://mcdens13.wordpress.com/2013/03/26/pengertian-teman-sebaya/
diakses pada 2 April 2017.
Papalia, Diane E., dkk, Human Development, terj. A. K. Anwar,
Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2008.
Hall, Calvin S. dan Lindzey, Gardner, Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis), edt. A. Supratiknya, Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS,
1993
Komentar
Posting Komentar